html

Search This Blog

Poll

Labels

Daftar Blog Kawan

Sabtu, 15 Mei 2010

Memahami Shifat Nafsiyah Al-Wujud | Kajian Tauhid

Al Wujud ‘Ainu Al Wujud, Al Wujud Ghoiru Al Wujud
Bab di atas jika di terjamahkan dalam bahasa Indonesia maka adalah "Wujud hakikatnya Dzat yg Wujud, Wujud bukan hakikat Dzat yg Wujud", bingung kan? Nah itu menunjukkan bhw Anda mau berfikir.

Lalu apa yg di maksud dg "wujud adalah hakikatnya Dzat yg wajibu Al Wujud?".
Pada dasarnya, Imam Al Asy’ari memberi rekomendasi bhw Wujud itu adalah hakikatnya Dzat, seperti yg di nukil dalam bebrapa kitab tauhid, salah satunya adalah Tuhfatu Al murid. Namun di sebabkan semakin maraknya pemahaman yg di sebabkan krisis Aqidah yg mana hal itu adalah akibat dr kelanjutan semakin jauhnya masa Salaf Al Sholih. Berbgai persepsi yg bermunculan akibat pengaruh filsafat yg terlalu dalam ikut campur dalam memahami eksistensi Tuhan, dan di dukung pula dg kemalasan beramal. Ada pemahaman yg mengatakan bhw apapun nama Tuhan sebenarnya tidak ada, yg ada adalah shifat yg wujud dalam setiap Mahluq. Ada juga yg mengatakan bhw Tuhan itu sebuah istilah saja, dan tentu sebuah istilah itu tidaklah bershifat, dll. maka Para ‘ulama Al Muhaqqiqun pun dg sigap mengantisipasi pehaman yg jauh menyimpang dari konteks aslinya tersebut.


Seperti telah kita pahami bersama bhw Wujud itu adalah salah satu Shifat Allah, tidak lebih. Dn tentu Shifat bukanlah Dzat, Dzat bukanlah shifat. Tidak ada Dzat yg tidak bershifat, tidak ada Shifat tanpa ada ketergantungan dari dzat. Walaupun tidaklah layak Shifat wujud itu di katakan suatu shifat yg melekat pada Dzat Allah, karena Dzat Allah bukanlah materi atau jirim (badan) yg membutuhkan ketersusunan. Karena Wujud Allah adalah Wujud yg hakiki, dg arti lain bhw WujudNya tidak pengaruhi atau ada ketergantungan oleh yg lain, maka Wujud Allah adalah wujud yg sejati. Dg demikian apa yg di maksud dg "Wujud" adalah ungkapn keberadaan Allah yg sesungguhnya. Wujudnya adalah wujud yg hakiki, adapun yg lain wujudnya di wujudkan oleh Allah SWT. Inilah yg di sebut "Al Wujud ‘Ainu Al Wujud"

Ketika keyakinan wujudNya Allah itu telah menghunjam dalam dada, bahwa tiada yg wujud dalam sebenarnya wujud kecuali Dzat yg wajibu al wujud. Maka keyakinan itu mempengaruhi dan merasuk dalam darah dagingnya, selanjutnya keyakinan itu semakin kuat, jiwa raganya telah tercekam dg Wujud Allah (inilah yg kemudian di sebut maqom wahdatu al wujud). Ingat!!! ini sebuah maqom dimana seseorang tidak akan mampu mencapainya hany dg teori tanpa amal, diperlukan juga metode2 dalam pemupukan iman dalam pengawasan seorang Mursyid al Kamil. Dalam proses kelanjutannya diapun terpikat dan semakin mabok dg Shifat TajalliNya. Pada kondisi seperti inilah dia tidak lagi merasakan bhw dirinya itu ada, dia tidak lagi mampu memandang apapun kecuali Wujud Allah...................... dia semakin tenggelam dan tenggelam dalam kelezatan memandang Shifat KamalNya, dirinya telah lebur, kemudian tiada, ada dan tiada hanyalah bahasa....... yg sesungguhnya dia ada dan tiada.... dia tidak ada...... yg Ada hanyalah Allah................ (inilah yg di sebut Maqom fana). Sungguh !! ketika penulis sampai pada sesi ini, getar2 jiwa dan entah itu apa, merinding, bingung, gelisah.......meneteskan air mata. Betapa penulis ini hanyalah pandai mengungkapkan kata2, Subhanallah................................Allahu Akbar..............................................................

Saya ingatkan!!! Pada saat seseorang mencpai maqom itu, apa yg dia ucapkan, apa yg dia lakukan adalah di luar kontrol dirinya. Maka kebodohan kitalah yg membuat kita tidak memahaminya. Jangan sekali-kali mengatakan bhw jalan shufi itu sesat!!! Semua Nabi telah melampaui tingkatan itu, hanya saja Para Nabi di Anugerahi kekuatan jiwa raga melampaui kekuatan Manusia pada umumnya. Kekuatan fisik Nabi itu sebanding dg 40 kekuatan Manusia biasa, dan Kekutan Nabi Muhammad sebanding dg kekutan 40 Nabi yg lain. Bagaimana dg para Sahabat??? Mereka mendapat Imbas Nur Muhammad saw!!! (nur faidl). Itulah yg menyebabkan mereka tidak tumbang dalam kefanaannya.

Sekarang marilah kita mencoba untuk membicarakan "Al Wujud Ghiru Al Wujud". Namun untuk mendekatkan kefahaman, perlu adanya contoh yg paling mudah di temukan di sekitar kita, dg cara mengalihkan pembicaraan dari Dzat Allah. Telah kita pahami pula bhw, sifat itu bukan dzat. Contoh kecil shifat pedas yg ada dalam lombok, apakah pedas itu lombok? Padahal ada sifat pedas juga yg kita dapati dalam merica. Apakah merica itu sama dg lombok? Ya, merica itu mempunyai shifat pedas seperti lombok, tapi pedas itu bukanlah berarti lombok atau merica. Nah kasus seperti inilah yg kemudian ada istilah Al ismu ghoiru al musamma (Nama bukan menunjukkan yg di namai). Keberadaan sesutu itu memang menunjukkan Wujudnya. Namun ketidak beradaannya itu juga tidak pula menunjukkan ketidak wujudannya. Contoh : saya bertanya, apa ada TGk Simon di meunasah? Kemudian TGK dayat menjawab, Oh tidak ada TgK Simon, karena memang Tgk Simon waktu itu tidak hadir di meunasah. Lalu apakah ketidak beradaan TGK SImon waktu itu menunjukkan ketidak wujudannya? Nah paham kan sekarang?. Dg memahami contoh tersebut, maka dg mudah kita akan mengetahui apa yg di sebut "Al Wujud Ghairu Al Wujud". Namun perlu sekali lagi saya ingatkan, bahwa Allah tidak serupa dg MahlukNya.

Bersambung..........................................InsyaAllah.{santri}

Followers

 

design by indam thanks to salsabeela
original from bontang, indonesia

powered by blogger.com